Wednesday, December 14, 2005

Jangan Tergiur dengan Amal Orang Kafir

"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapati apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan gelap gulita yang tindih-menindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun."

Tafsir Mufradat

"Orang-orang yang kufur" . Kufur adalah bentuk pekerjaan, atau sifat artinya menutup. Bentuk isim failnya adalah "kafir". Petani dalam bahasa Arab disebut kafir, karena pekerjaannya menutup biji-bijian dengan tanah. Kaffarah atau kifarat adalah amal yang dapat menutup atau menghapus dosa. Orang yang menutup hatinya, tidak menerima ajaran Islam, tidak mau beriman disebut kafir. Orang yang tidak mau bersyukur disebut juga kafir ni'mat, karena hatinya tidak me-ngakui bahwa mi'mat yang ia rasakan itu dari Allah. Seorang isteri yang melupakan kebaikan suaminya disebut "yakfurnal-'asyir" (kufur kepada suami). Kafir dalam arti sebalik mu'min, bermacam macam tergantung tingkat sikap dan perbuatan-nya. Orang yang beriman kepada sebagian isi Alquran disebut kafir; misalnya ia tidak mau berhukum dengan hukum Islam. Kata kafir semwaktu-waktu ditujukan kepada orang munafiq, musyrik, zhalim, fasik, dan ahli kitab. Yang dimaksud pada ayat ini adalah orang-orang yang amal perbuatannya merupakan kebalikan dari amal orang-orang yang beriman sebagai-mana yang disebutkan pada ayat-ayat sebelumnya.

Artinya fatamorgana, adalah gejala optis (berkaitan dengan peng-lihatan) yang tampak pada permukaan yang panas, yang kelihatan seperti genangan air. Atau sesuatu yang kelihatan-nya dari jauh be-rupa air yang meng-genang di suatu tempat yang rata di tengah terik panas matahari. Bagi orang yang kehausan dan kepana-san, tempat seperti itu sangat menipu, karena se-sungguhnya yang ia lihat tidak ada sama sekali. Kalimat "Sarab" menjadi kiasan dalam percakapan yang artinya sesuatu yang bersifat khayal atau tidak mungkin tercapai.

Sabab Nuzul

Dalam Tafsir Almunir Dr Wahbah Zuhayliy menyebutkan, bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan seorang Quraisy yang bernama Utbah bin Rabi'ah bin Umayyah, atau saudaranya Syaibah bin Rabi'ah, mereka memakai kain tenunan kasar, mencari-cari agama yang benar. Ketika datang Islam, mereka me-nolaknya (kufur). Mereka mati dalam kekafiran pada perang Badar.

Tafsir Ayat

Manusia diciptakan oleh Allah untuk bekerja, berbuat dan beramal. Semua itu dilakukannya hanya untuk mempertahan-kan hidupnya, keselamatan dan kesena-ngan dirinya; kesenangan yang sesaat atau kelak. Semua yang dilakukan manusia tergantung dengan keyakinan-nya. Seseorang akan melakukan apa saja, bila ia berkeyakinan bahwa hal itu akan menguntungkan. Ia pun akan meng-hindari perbuatan yang dinilainya akan mencelakanan dirinya. Orang-orang yang beriman berkeyakinan bahwa apa saja yang diperintahkan Allah dalam Alquran dan yang dicontohkan Rasulullah saw akan membahagiakan dirinya di dunia maupun di akhirat. Untuk itu ia akan rela berkorban demi kebahagiaan kelak. Ia rela mendirikan shalat, menahan lapar haus dan dahaga, mengeluarkan sebagian hartanya, bahkan rela mengurbankan jiwa raganya, semata-mata mencari keridlan Allah, Rabbnya.

Sedangkan orang-orang kafir keya-kinannya bersebrangan dengan orang-orang yang beriman. Mereka mempunyai aqidah yang salah; mereka tidak berkeya-kinan bahwa Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna. Mereka tidak beriman kepada Muhammad Saw, sehingga mereka tidak menjadikan Alquran sebagai pedoman dan alhadits sebagai aturan. Pada akhirnya tidak meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya jalan untuk menuju kebahagiaan. Sebaik apapun amal yang mereka kerjakan bila tidak didasari iman kepada Allah dan rukun iman yang lainnya, amalnya akan hampa.

Mungkin suatu saat kita melihat orang Kristen banyak mengasihi fakir miskin, memelihara anak yatim, mendirikan panti jompo, membantu golongan ekonomi lemah, menyumbang korban bencana, bahkan sampai berani hidup bersama orang-orang sengsara. Selintas kita per-hatikan amal mereka sangat mengagum-kan dibandingkan dengan amal orang-orang yang beriman. mereka berharap bahwa amal-amal itu akan menyelamat-kannya dari segala bahaya. Di hadapan Allah amal-amal itu tiada artinya, karena tidak didasari iman. Sebab itu sering kita dapati ayat Alquran yang mengaitkan amal shaleh dengan iman.

Bukan hanya orang-orang kafir, orang Islam pun banyak yang beramal, tetapi amalnya tidak diterima di sisi Allah, karena tidak memenuhi syarat; tidak ikhlas karena Allah dan tidak sesuai dengan contoh Rasulullah Saw. Di akhirat nanti amal mereka akan menjadi beban, mereka harus menang-gung akibat perbuatannya, mereka pun harus bertanggung jawab mengapa amal-amal itu dilakukan. Amal-amal yang semula menjadi andalan dan diharapkan dapat menyelamatkannya dari siksa, ter-nyata di hadapan Allah akan sia-sia. Firman Allah:

Katakanlah:"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia per-buatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya".(QS Alkahfi : 103-104). Firman Allah selanjutnya, Amal mereka diumpamakan seperti fatamorgana yang dilihat oleh orang yang kehausan, merindukan kesejukan dan kehabisan bekal, di tengah padang pasir, di bawah terik matahari, tidak ada tempat untuk berlindung. Ia menyangka bahwa fatamorgana itu air yang sejuk, yang lebih berharga daripada harta apapun. Ia bergegas menuju tempat itu, sekalipun tempat itu jauh ditempuhnya dengan penuh keyakinan. Sesampainya di sana ia tidak mendapatkan apa-apa, bahkan melihat air pun tidak, sedangkan rasa hausnya semakin bertambah, sementara tenaganya semakin berkurang.

Yang ia dapatkan adalah ketetapan dan keputusan Allah di sisinya berupa siksaan dan adzab yang dijanjikan kepada mereka. Lalu Allah memberikan kepadanya balasan yang cukup karena amal-amalnya ketika di dunia. Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Dia yang Maha kuasa tidak memerlukan bantuan yang lain untuk menghisabnya. Firman-Nya, "Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang berterbangan." Di antara orang Islam ada yang tergiur dengan amal dan ibadah orang kafir, sehingga ia meniru agama lain dalam beraqidah, beribadah, dan mu'amalah. Atau ia berbuat bid'ah. Ia menyangka amal-amalnya itu akan mendapat pahala dari Allah. Ternyata di akhirat amal-amal itu tidak berharga sama sekali, Allah menjadikannya sebagai debu yang sangat mengganggu dan dan menyesakkan dada.

Amal orang kafir yang dilakukannya di dunia diumpamakan pula seperti kegelapan karena jauh dari petunjuk. Kegelapannya sungguh-sungguh, bagai-kan berada di tengan lautan yang dalam, di permukaannya bergulung ombak-ombak yang tinggi yang saling berkejaran, di langit tak tampak cahaya, sekalipun pada waktu siang, karena di atas lautan diliputi awan gelap yang menumpuk, saking gelapnya, ia tidak bisa melihat apa-apa bahkan tangannya sendiri, padahal tangan adalah anggota badan yang mudah didekatkan untuk dilihat.

Betapa gelapnya amal mereka, sedikit-pun tidak dapat memberi manfaat, jangankan untuk orang lain, bagi dirinya pun sangat menyesatkan. Amalnya mem-bawa kepada kegelapan yang meng-akibatkan sengsara dan tersiksa serta diliputi rasa takut tiada henti yang sangat kengerikan. Kengeriannya tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Itulah amal orang kafir yang jahat, yang nampaknya menyenangkan menggiurkan sehingga tidak sedikit orang Islam yang meniru amal perbuatan mereka. Dan tentunya nasib mereka pun sama.

Pada ayat di atas Allah menyebutkan tiga tahap kegelapan; di dalam lautan yang dalam, di atasnya ombak-ombak yang bergulung, dan di atasnya lagi awan yang gelap berlapis-lapis. Al-Hasan me-nyebutnya kegelapan aqidah (kegelapan hati), kegelapan amal lisan (bicara), dan kegelapan amal perbutan. Sedangkan Ibnu Abbas menjelaskan, "mereka di-umpamakan: hati, penglihatan, dan pendengarannya diliputi kegelapan yang bertubi-tubi." (Tafsir Almunir). Bisa dibayangkan apabila ada orang yang mengalami cacat pada ketiga anggota badan tersebut, sungguh menyedihkan, tidak ada orang yang dapat menolongnya.

Siapa yang tidak mendapatkan cahaya Allah atau tidak mau menjadikan Islam sebagai cahaya, tidak menjadikan Al-quran sebagai petunjuk, kelak di akhirat amalnya akan menyeretnya masuk ke-dalam kegelapan yang berakhir di neraka. Ada beberapa ayat yang senada di antaranya QS Ala'raf 186: "Siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tidak ada orang yang akan mem-beri petunjuk." Tidak ada cahaya yang dapat me-nerangi jalan hidup yang akan menuntun manusia ke surga selain nur Ilaahiy, se-bagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya, QS Annur : 35.

UST. RAHMAT NAJIEB

2 Comments:

Blogger Unknown said...

ada satu artikel menarik yang selaras dengan artikel di atas, yg memberi argumen melalui cerita metafora, silahkan lihat di link berikut ini:

http://forget-hiro.blogspot.com/2010/09/bagai-debu-yang-sirna-dihempas-angin.html

9:29 PM  
Anonymous blog psikologi said...

Siiip...

4:39 PM  

Post a Comment

<< Home